Jumat, 04 Desember 2015
Rabu, 18 November 2015
02.44
| Diposting oleh
Unknown
BAB
V
Tumbuh dan Berkembang Seturut
Teladan Yesus
Dalam Bab V ini,kita akan membahas sikap Yesus sebagai
tanda kasih Allah dan perjuangan-Nya yang gigih untuk mewartakan Kerajaan Allah
dan menegakkan nilai-nilai hidup bersama.
A.
Sikap Yesus sebagai Tanda
Kasih Allah
Sikap Yesus sebagai tanda
kasih Allah diwujudkan dalam hidup-Nya sebagai pendoa,belas kasih-Nya terhadap
manusia,kesediaan-Nya untuk mengampuni,perjuangan-Nya dalam mengangkat
kesetaraan umat manusia,dan kepedulian-Nya terhadap penderitaan manusia.
1.
Yesus Sang Pendoa
Umumnya,isi
doa yang kita panjatkan kepada Tuhan ada dua hal,yakni:
1)
Berisi ucapan syukur dan pujian kepada Tuhan karena anugerah dan
segala kebaikan-Nya yang telah dilimpahkan kepadanya.
2)
Suatu permohonan tertentu kepada Tuhan karena kita memiliki
keyakinan.
a. Belajar
Doa Bersama Yesus
Pada saat berusia 12 tahun,Yesus sudah
berani menunjukkan sikap-Nya kepada Maria dan Yusuf. Ia harus berada di dalam
tumah Bapa. Berada bersama Allah dan dalam kesatuan mesra dengan Allah Bapa
begitu merasuki selutuh hidup Yesus. Dari teks Kitab Suci (Mat 6:5-18) tampak
bahwa Yesus adalah pribadi yang suka berdoa. Dengan kata lain,sebagai seorang
pendoa,Yesus melihat hidupnya sendiri adalah suatu doa yang dipersembahkan
kepada Bapa-Nya dalam doa “Bapa Kami”. Dalam doa tersebut doa yang penuh dengan
sikap penyerahan,cinta kasih,keadilan dan pengampunan.
b. Mengembangkan Hidup Doa
Yesus menempatkan doa sebagai upaya untuk membangun kesatuan dengan Allah
sebagai Bapa-Nya. Melalui doa kita berkomunikasi dengan Allah untuk lebih
mendengarkan apa yang menjadi kehendak-Nya.
2.
Yesus yang Berbelas Kasih
a.
Sikap Tanpa Belas Kasih
Berbelas kasih kepada orang yang berbuat jahat kepada kita
agaknya sulit masuk dalam kehidupan kita. Terhadap orang yang memusuhi dan
berbuat jahat kepada kita,kita bisa belajar dari sikap Yesus seperti dalam (Luk
6:27-37).
b.
Belajar dari Belas Kasih Yesus
Ketika berhadapan dengan peristiwa kematian anak seorang janda di kota Nain (lih. Luk 7:11-17). (lih. Luk
15:11-32) dalam kisah ini,diceritakan bahwa setelah menerima bagian kekayaan dari
ayahnya,si anak bungsu menghambur-hamburkan hartanya.
Salib Kritus menjadi tanda misteri Kasih Allahyang tak terbatas. Belas Kasih
Allah inilah yang ditanyakan oleh Yesus Kristus.
c.
Belajar Berbela Rasa dalam Hidup
Sehari-hari
Kata bela
rasa sebenarnya untuk menggantikan kata agape
(kasih dan cinta).Secara harafiah,kata bela
rasa berarti ikut menderita atau merasa bersama dengan.
3. Yesus Sang Pengampun
Kerahiman Yesus yang senantiasa memberi pengampunan telah mengundang
orang-orang yang bersalah dan berdosa untuk datang kepada-Nya. Mereka datang
kepada Yesus untuk mohon pengampunan sekaligus untuk hidup baru penuh iman
kepada-Nya.
a.
Memaafkan dan Mengampuni
Lewis B. Smedes di dalam bukunya yang berjudul Forgive and Forget (Mengampuni dan Melupakan) menuliskan empat
tahap dalam pemberian maaf,
·
Tahap pertama:Sakit
hati. Ketika seseorang menyebabkan kita sakit hati begitu mendalam dan
secara curang,kita tidak dapat melupakan kejadian tersebut. Dalam situasi
ini,kita terdorong ke tahap pertama,yaitu mengalami krisis pemberian maaf.
·
Tahap yang kedua:Membenci.
Kita tidak dapat mengenyahkan ingatan tentang seberapa besar sakit hati
yang kita alami, dan tidak dapat mengharapkan orang yang bersalah pada kita
(musuh) dalam keadaan baik-baik saja. Kita kadang-kadang menginginkan orang
yang menyakiti kita juga menderita seperti yang kita rasakan.
·
Tahap ketiga:Menyembuhkan.
Kita diberi sebuah “Mata Ajaib” untuk melihat orang yang menyakiti hati
kita dengan pandangan baru. Pandangan baru ini menyembuhkan kita, sehingga kita
mempunyai kemampuan untuk menolak rasa sakit dan kita mengalami dibebaskan.
·
Tahap keempat:Berjalan
bersama. Kita mampu dan berani mengundang orang yang pernah menyakiti hati
kita untuk kembali memasuki kehidupan kita.
b. Mengampuni
Seturut Teladan Yesus
Menurut
Petrus, dengan mengampuni sampai sebanyak tujuh kali, itu berarti dia sudah
melakukan yang terbaik dalam hal memberi maaf dan mengampuni orang yang
bersalah. Namun, Yesus mengoreksi pendapat Petrus:”Bukan!,Aku berkata kepadamu:
Bukan sampai tujuh kali,melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali” (lih. Ay
22). Yesus mau mengatakan bahwa pengampunan itu “tanpa batas dan tanpa
perhitungan”, karena pengampunan kepada sesama tidak mungkin dipisahkan dari
pengampunan Allah.
c.Mengembangkan
Sikap Mengampuni dalam Hidup Sehari-hari
Kesediaan untuk mengampuni merupakan spiritualitas yang tertinggi.
Semakin kita mampu untuk mengampuni,maka kita semakain diperkaya oleh kasih
Allah.
Pengampunan merupakan perwujudan kasih Kristus. Seorang yang jahat dan
tidak memiliki belas kasihan akhirnya dapat berubah oleh kekayaan pengampunan
yang tulus.
4. Yesus Pejuang Kesetaraan Gender
Dalam perjalanan sejarah, kaum perempuan lebih sering diperlakukan secara
tidak adil. Mereka sering jadi korban sikap deskriminatif sehingga mengalami
penderitaan.
a.
Bermartabat Sama, Diperlakukan Beda
Sampai saat ini pengakuan atas dasar kesetaraan atau kesederajatan antara
perempuan dan laki-laki masih memerlukan perjuangan terus-menerus. Penyebabnya
antara lain adalah tata hubungan antar-anggota masyarakatyang cenderung
menggunakan sudut pandang laki-laki, terlalu patriarkal.
b. Pandangan
dan Sikap Yesus terhadap Kesetaraan Gender
Masyarakat Yahudi (terutama kaum laki-laki) pada zaman Yesus memandang
perempuan itu sebagai penggoda. Pandangan dan sikap Yesus terhadap kesetaraan
gender diceritakan dalam kisah ini. Kisah ini berdekatan dengan perayaan Hari
Raya Pondok Daun. Menurut orang Farisi dan ahli Taurat (lih. Yoh 8:2-11),
perempuan yang kedapatan berbuat zinah harus dihukum rajam (dilempari batu
sampai mati). Tetapi, Yesus membungkuk menulis di tanah dengan jari-Nya. Ketika
Ia terus-menerus dimintai sikap-Nya, Ia berkata:”barang siapa di antara kamu
yang tidak berdosa,hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan
itu.” (ay. 7). Ini menunjukkan bahwa mereka berada pada posisi sebagai pendosa.
Sedangkan Yesus berada pada posisi yang ridak berdosa. Sebagai orang yang tidak
berdosa, sebenarnya Dialah yang berhak untuk yang pertama melempar perempuan
itu dengan batu.namun itu tak dilakukan-Nya.
c.
Yesus Pejuang Kesetaraan Gender
Bagi Yesus, masalah kesetaraan antar manusia bukan samata-mata masalah
etika pergaulan. Yesus mengajak agar semua orang diperlakukan sebagai pribadi
yang berharga. Oleh karena itu, semua orang mempunyai kesetaraan. Laki-laki
tidak lebih unggul dibandingkan dengan perempuan. Begitu pula sebaliknya,
perempuan tidak lebih unggul dibandingkan dengan laki-laki.
d. Yesus
Peduli terhadap Penderitaan Manusia
Ada cukup banyak orang zaman sekarang ini bersikap kurang peduli terhadap
mereka yang menderita, yang kecil, yang lemah, miskin tersingkir, dan cacat.
Sikap hedonis dan egois pada saat sekarang ini tampak sangat kuat. Sikap egois
membuat seseorang cenderung untuk tidak lagi peduli terhadap sesamanya. Orang
yang memiliki sikap egois lebih memikitkan dirinya sendiri daripada orang lain,
apalagi kepentingan bersama. Ketidak pedulian terhadap orang yang menderita,
lemah, miskin, tersingkir dan cacat harus menjadi keprihatinan kita sebagai
orang yang beriman.
e.
Belajar dari Pengalaman Kehidupan
Di tengah keringnya kepedulian terhadap penderitaan sesama, ternyata
selalu muncul harapan adanya orang-orang yang bergerak untuk peduli pada orang
lain.
f.
Kepedulian Yesus terhadap
Penderitaan Manusia
Inilah kepedulian tertinggi yang pernah ada di muka bumi. “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam
di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang
diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan
kebenaran.” (Yoh 1:14).
Karena kepedulian-Nya yang tinggi, Yesus hadir dalam perhamuan di Kana
(Yoh 2:1-11). Maria dan Marta dari Betania mengalami masalh kematian Lazarus
saudara laki-laki mereka (lih. Yoh 11:1-15). Di tepi kolam Betesda berbaring
sejumlah besar orang sakit, yakni mereka yang buta, timpang dan lumpuh tidak
ada yang memperhatikan (lih. Yoh 5:1-3).
g.
Mewujudkan Kepedulian terhadap
Penderitaan Sesama
Kepedulian terhadap sesama yang menderita bukan hanya pada pengertian
atau kata-kata saja, tetapi harus dinyatakan dalam tindakan konkret. Orang yang
menderita menginginkan agar ia terbebas dari penderitaan-nya itu. Oleh karena
itu, kepedulian terhadap penderitaan orang lain harus diwujudkan dalam tindakan
nyata.
B. Nilai-Nilai
Dasar yang Diperjuangkan Yesus
Pada bagian ini kita akan mendalami nila-nilai dasar yang diperjuangkan
Yesus dalam kehidupan-Nya. Dengan memahami nilai-nilai dasar yang diperjuangkan
oleh Yesus tersebut, kita diharapkan dapat memperjuangkan dan mewujudkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
1.
Kebebasan Anak-Anak Allah
a.
Pandangan Gereja tentang Kebebasan
Anak-Anak Allah
Dokumen Konsili Vatikan II tentang Gereja di Dunia Modern (Gaudium et Spes) menegaskan bahwa
manusia itu hanya dapat berpaling kepada kebaikan bila ia bebas. Kebebasan
sering kali diartikan secara sempit, misalnya bebas berarti “tidak terikat”
pengertian kebebasan yang sempit ini sering diartikan “boleh bertindak atau
berbuat apa pun”.
Kebebasan yang sejati sebenarnya berasal dari Allah sendiri. Allah
memberi kebebasan kepada manusia bukan untuk bertindak sewenang-wenang yang
tidak sesuaidengan kehendak-Nya. Sesuai dengan martabatnya, manusia bertindak
menurut pilihannya yang sadar dan bebas. Artinya, manusia digerakkan dan
didorong secara pribadi dari dalam dirinya sendiri, dan bukan karena paksaan
dari luar.
Setiap orang harus mempertanggungjawabkan perihidupnya sendiri di hadapan
takhta pengadilan Allah, sesuai dengan perbuatannya yang baik maupun yang jahat
(lih Gaudium et Spes, Art 17). Sebagai orang beriman, kita telah ditebus dan
dibebaskan dari kuasa dosa oleh Tuhan Yesus Kristus. Namun demikian, kita masih
sering mengalami bahwa diri kita belum sepenuhnya bebas dari dosa.
b. Memaknai
Kebebasan sebagai Anak-Anak Allah dalam Hidup Sehari-hari
Sebagai Anak-Anak Allah, kita juga menjadi pribadi yang bebas untuk
mengasihi dan melayani Allah dan sesama kita. Pandangan Gereja tentang
kebebasan mengandung dua segi yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang
lainnya. Di satu pihak, manusia memang harus bebas dari hal-hal yang mengekang
dan menghambat seseorang untuk berkembang dan mengkualitaskan dirinya. Di lain
pihak, manusia juga harus bebas untuk melakukan segala sesuatu yang baik dan
benar dalam upaya membawa dirinya menuju kesempurnaan.
Dalam hal ini, kita diajak untuk bercermin pada Yesus, yang dalam seluruh
hidup-Nya berupaya mendatangkan kebebasan bagi orang-orang yang dijumpai-Nya
(lih. Luk 4:18-20).
2.
Sabda Bahagia
Hidup bahagia umumnya menjadi dambaan dan tujuan setiap orang. Namun,
pengertian dan ukuran kebahagiaan bagi setiap orang mungkin berbeda-beda.
Mungkin ada orang yang mengukur kebahagiaan berdasarkan kepemilikan harta
kekayaan yang berlimpah dan status sosial yang tinggi, sehingga segala daya dan
upayanya dikerahkan untuk memperoleh harta kekayaan dan status sosial yang
tinggi. Mungkin ada juga orang yang mengukur kebahagiaan berdasarkan
persaudaraan yang harmonis, rukun, bersatu, dan damai, sehingga ia terlalu
mengejar materi atau harta kekayaan dan status sosial. Dengan demikian, upaya
untuk mencapai kebahagiaan tentu juga tidak lepasdari pemahaman setiap orang
tentang makna dan ukuran kebahagiaan itu sendiri.
Menurut doa dari Santo Agustinus ini, jelaslah bahwa Tuhanlah sumber
kebahagiaan sejati. Tema kebahagiaan merupakan salah satu ajaran Yesus yang
penting dalam usaha-Nya membangun suatu tatanan hidup baru dalam masyarakat.
Dalam sabda bahagia yang disampaikan Yesus dalam kutipan teks Kitab Suci
(Mat 5:1-12 bdk Luk 6:20-26), ada beberapa kata pokok (kata kunci) yang perlu
kita pahami bersama berkaitan dengan makna dan ukuran kebahagiaan yang kita
cita-citakan, yakni sebagai berikut:
a.
Miskin di hadapan Allah (ay. 3):
Yang dimaksud dengan “miskin
di hadapan Allah” adalah sikap hidup yang secara total berserah diri kepada
Allah, bukan mengandalkan kekuatan hidup atas dasar harta kekayaan, status
sosial, kekuasaan, prestise, dan sebagainya.
b.
Berduka cita (ay. 4):
Yang dimaksud dengan “berduka
cita” bukanlah orang yang menangis karena sedih, tersinggung, dimarahi, diejek,
kecewa, putus asa, patah hati, dan sebagainya, tetapi orang yang dalam
penderitaannya tetap tegar, tabah, dan sabar.
c.
Lemah lembut (ay. 5):
Yang dimaksud dengan “lemah
lembut” adalah orang yang rendah hati, tidak mengumpat, tidak mengancan orang
lain, tidak bereaksi keras biladihina dan dilukai hatinya. Ungkapan lemah
lembut searti dengan bersahaja tidak bertindak sewenang-wenang terhadap orang
lain.
d.
Lapar dan haus akan kebenaran (ay. 6):
Yang dimaksud dengan “lapar
dan haus akan kebenaran” adalah orang yang lebih mengutamakan kebutuhan rohani
demi terwujudnya kerajaan Allah. Kebenaran yang dimaksud dalam ayat ini
dikaitkan dengan kehendak Allah untuk dilakukan, antara lain kejujuran, kebaikan,
terutama dalam relasi dengan orang lain.
e.
Murah hati (ay. 7):
Yang dimaksud dengan “murah
hati”adalah kesediaan untuk mengampuni, sebagaimana Allah juga murah hati dan
senantiasa bersedia untuk mengampuni. Murah hati dapat juga diartikan mengasihi
sesamanya tanpa pandang bulu.
f.
Suci hati (ay. 8):
Yang dimaksud dengan “suci
hati” adalah orang yang dalam seluruh hidupnya mencintai dan mengabdi serta
menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah tanpa syarat.
g.
Membawa damai (ay. 9):
Yang dimaksud dengan “membawa
damai” adalah orang yang bekerja untuk meningkatkan atau menciptakan kedamaian,
kesatuan,kerukunan,dan persaudaraan sejati dengan sesamanya.
h.
Dianiaya oleh sebab kebenaran (ay. 11):
Orang yang dianiaya karena
kebenaran akan setia kepada Allah dalam keadaan apapun. Hanya ada satu jenis
kebenaran di dunia ini,yaitu “apa yang sesuai dengan kehendak Allah”
i.
Karena aku dicela dan dianiaya (ay. 11):
Dicela dan dianiaya karena
iman kepada Kristus merupakan bukti bahwa ia setia kepada Kristus yang
mencintai umat manusia,
3.
Cinta Tanpa Pengkotakan
Pada bagian ini, kita akan
mendalami ajaran Yesus mengenai kasih yang melampaui sekat-sekat yang ada di
dalam hidup masyarakat.
a.
Betapa Indahnya Hidup dalam
Persaudaraan Sejati
Dalam perjalanan sejarah umat
manusia ke depan, kita semua mengharapkan terciptanya persaudaraan sejati tanpa
adanya hidup yang terkotak-kotak berdasarkan suku, agama, ras, keyakinan,
golongan, dan budaya. Pengkotak-kotakan berdasarkan suku, ras, agama,
keyakinan, golongan, dan budaya, amat bertentangan dengan kehendak Sang
Pencipta sendiri. Perilaku pengkotak-kotakan biasanya akan menebarkan
benih-benih kebencian, permusuhan, konflik, bahkan dapat menimbulkan peperangan
yang dapat merugikan dan membawa korban jiwa dari kedua bilah pihak .
b. Yesus
Mencintai Umat Manusia Tanpa Pandang Bulu
Yesus mencintai umat manusia
dengan sepenuh hati. Ia rela menyerahkan seluruh hidup-Nya demi keselamatan umat manusia.
Orang yang dianggap berdosa dan disingkirkan dalam masyarakat pun diterima-Nya
(lih. Luk 19:1-10; Yoh 8: 2-11); orang yang memusuhi dan menganiaya Dia pun
diampuni-Nya (lih. Luk 23:34; Mat 5:44); orang yang berbeda suku/agama pun
diterima-Nya (lih. Yoh 4:7-9).
4.
Kesederajatan Martabat
Manusia
Kesetaraan, kemerdekaan, dan
persaudaraan merupakan hal penting, yang tetap menjadi perjuangan umat manusia.
Konsili Vatikan II, dalam dokumen Gereja Gaudium
et spes Art. 29 menegaskan adanya kesamaan hakiki semua orang.
C.
Membangun Diri Seturut
Teladan Yesus
Sebagai orang
beriman, kita terus-menerus berupaya untuk semakin memanusiakan diri Upaya
untuk memanusiakan diri ini berlangsung selama hidup di dunia ini.
1.
Yesus adalah Idola Hidupku
Para remaja umumnya memiliki sebuah idola atau sebuah impian yang ingin
dijadikan panutan dalam hidupnya.
a.
Yesus adalah Inspirator
Pada mulanya adalah pribadi-pribadi atau kelompok-kelompok (kelompok 12,
wanita, kaum miskin dan tertindas) yang diilhami Yesus. Masing-masing mengingat
Yesus dengan cara mereka sendiri-sendiri. Yang istimewa dalam gerakan yang
diilhami oleh Yesus adalah bahwa Ia sendiri terus menjadi pemimpin dan
inspirator bagi pengikut-pengikut-Nya, bahkan setelah kematian-Nya.
b. Berusaha
Menjadi Seperti Yesus
Di dalam peristiwa-peristiwa kehidupan, Allah berbicara. Ia menyampaikan
kehendak, pesan dan suara-Nya.
2.
Meneladan Sikap Yesus
a.
Syahadat Kehidupan
“Aku percaya akan Allah Sang
Pencipta kehidupan,
Allah yang senantiasa
mencintai diriku
Tanpa syarat apapun,
Allah yang selalu
menginginkan diriku hidup
Dengan penuh kelimpahan
Aku percaya akan Allah yang
selalu mengampuni diriku
Serta membukakan masa depan
bagiku,
Masa depan yang penuh
kehidupan dan harapan.
Aku percaya akan Allah yang
selalu menyertai perjalanan hidupku,
Bersedia membantuku,
menyembuhkan luka-luka dalam hidupku,
Menguatkan aku, menderita
bersamaku,
Serta menjadi sahabatku yang
terbaik.
Aku percaya akan Allah yang
hanya mengenal cinta
Dan kasih setia
Allah pencinta kehidupan dan
selalu mengundang aku
Untuk memilih kehidupan
tersebut.
Dalam iman seperti ini, aku
menemukan kebahagiaan
Dan rasa damai yang mendalam
di dalam kehidupanku
Sekarang ini maupun harapan
akan kehidupan yang akan datang”
b. Allah
yang Diperkenalkan oleh Yesus
Allah yang diperkenalkan oleh Yesus dapat kita pahami melalui tiga
perumpamaan dalam teks Kitab Suci,misalnya:
1)
Perumpamaan mengenai seorang hamba yang tidak tahu berbelas
kasih atau seorang tuan yang begitu berbelas kasih (Mat 18:21-35)
2)
Perumpamaan mengenai anak yang hilang atau seorang yang kasih
sayangnya tak terpahami (Luk 15:11-32)
3)
Perumpamaan mengenai para pekerja di kebun anggur atau
seorang pemilik kebun anggur yang baik hati (Mat 20:1-16)
Ketiga perumpamaan tersebut menyingkapkan gambar Allah yang ingin
diperkenalkan Yeus, yakni Allah yang memperlakukan umat-Nya selalu dilandasi
dengan cinta kasih.
02.38
| Diposting oleh
Unknown
BAB IV
MEMBANGUN PERSAHABATAN SEJATI
A.
Berteman
1. Arti
berteman
Berteman bisa kita artikan sebagai
hubungan /relasi, yang terjadi antara dua orang atau lebih. Di dalam berteman,
hubungan yang terjadi biasanya hanya sebatas membangun kedekatan, keakraban, mengerjakan
tugas bersama, atau bermain bersama
2. Manfaat
Berteman
Sebagai mahluk social, kehadiran dan
perhatian orang lain merupakan wahana untuk saling memperkembangkan diri. Hidup
dalam persahabatan akan semakin memupuk persaudaraan kasih dan cinta serta rasa
kepedulian.
Dalam hal berteman, Paulus dalam suratnya kepada
Jemaat filipi menasehatkan kepada kita : “ Janganlah tiap-tiap orang hanya
memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepntingan orang lain juga”(flp
2:4)
3. Bergembira
Bersama Teman
Kita memiliki kecenderungan untuk
senantiasa berusaha membuat hidup ini diwarnai dengan kegembiraan. Kehadiran
kita dalam berteman sesungguhnya perlu mendukung ke arah terciptanya
kegembiraan bersama bukan sebaliknya.
4. Factor
Pendukung dan Penghambat dalam Berteman
Ada beberapa fakor yang menjadi
penghambat dan pendukung dalam upaya kita dalam berteman antara lain sebagai
berikut :
a. Faktor
penghambat
v Sikap
egois, acuh tak acuh, dan munafik.
v
Kurang
peka akan kebutuan orang lain.
v
Pergaulan
yang kurang luas, hanya pilih-pilih teman.
v Kurang
mendapatkan perhatian, sehingga tidak dapat memberi perhatian.
v Kurang
mengenal bagaimana seharusnya membangun hubungan berteman.
b. Faktor
pendukung
v Tidak
memntingkan diri – sendiri.
v Memperhatikan
kebutuhan orang lain.
v Memiliki
pergaulan luas, tidak pilih-pilih teman.
v Memiliki
sikap yang ramah, sopan, dan sumpel dalam pergaulan.
v Ada
kesediaan untuk memprhatikan orang lain.
v Mendapatkan
perhatian yang cukup dari keluarga & teman.
5. Menjadi
Teman Yang Baik
Kita harus menghargai, menghormati,
dan peduli pada sesame, khususnya mereka yang lemah, kecil, miskin, dan
tersingkir.
B.
Bersahabat
1. Arti
Persahabatan
Sebuah
persahabatan membutuhkan suatu
perubahan sikap, tidak hanya menuntut orang lain untuk dapat
menghasilkan sesuatu yang lebih baik dan
lebih dami. Persahabatan adalah hubungan antara dua orang / lebih yang
sungguh dekat.
2. Manfaat
Berteman
Melalui
persahabatan yang baik dan benar, kita dapat saling belajar satu sama
lain, saling berbagi suka ataupun duka.
3. Membina
dan Mengebangkan Persahabatan
a. Penghambat
persahabatan
v Sikap
egois, yang mementingkan diri sendiri.
v Sikap
tidak setia, berkhianat.
v
Sikap
pura-pura, tidak jujur.
v
Sikap
mencari keuntungan untuk dirinya sendiri.
b. Pendukung
persahabatan
v Sikap
ramah dan santun
v Sikap
kasih terhadap orang lain
v Sikap
terbuka terhadap orang lain
v
Sikap
jujur, tidak pura-pura, tidak munafik
v
Aikap
rela berkorban tanpa pamrih
v
Sikap
saling memahami
v
Sikap
memahami
Sikap-Sikapyang Baik dalam Persahabatan
1)
Kematangan
psikologis
2)
Bersifat
terbuka
3)
Bersifat
merdeka
4)
Bukan
untuk memiliki
5)
Motif
persahabatan
6)
Bercirikan
kegembiraan
4. Persahabatan
yang Sejati
a. Bukan
sahabat sejati
v Menuruti
kemauan sendiri
v Menceritakan
kejelekan orang lain
v Hanya
ada di kala kita senang / bahagia
v Pergi
dikala kita susah
b. Sahabat
sejati
v Merupakan
tempat berlindung yang kokoh
v Harganya
tidak ternilai
v Obat
kehidupan
v Saling
mau membantu
v Selalu
rela berkorban
v Saling
member diri
v Orang
yang takut pada Tuhan
C.
Berpacaran
1. Arti
Berpacaran
Masa pacaran adalah masa untuk
mengenal satu sama lain. Selama masa pacaran, dua insane yang berlainan jenisa
itu akan saling mengenal lebih dalam satu sama lain.
2. Belajar
dari Pengalaman Hidup
3. Tahap-tahap
Tertarik pada Lawan Jenis
Tahap – tahap itu adalah sebagai berikut :
v Masa
kanak-kanak = belum malu
v Masa
remaja = mulai tertarik pada lawan jenis
v
Masa
dewasa = akan mengarah kepada berkeluarga
4. Tujuan
berpacaran
Dalam berpacaran, masing-masing pihak harus bisa
mengendalikan diri dan selektif terhadap ajakan dari pihak lain.
5. Nasihat
Mengenai Berpacaran
18 November 2015
Sumber : Buku Pendidikan Agama Katolik Membangun Komunitas Murid Yesus (untuk kelas VII)